Selasa, 27 April 2010
Manfaat Blog bagi Pendidikan
22.01 0 Comments
Pada beberapa tahun terakhir ini blog telah menjadi gaya hidup. Kegiatan blogging telah menjamur di mana-mana dari berbagai kalangan dan setiap elemen masyarakat. Entah itu hanya sebagai buku harian, ungkapan opini, ide, kreatifitas hingga untuk meraup penghasilan lebih dari berbagai macam bisnis dunia maya.
Dengan munculnya keragaman dalam dunia blog senidiri maka terciptalah sebuah dunia maya yang sangat kompleks dan saling melengkapi tak jauh bedanya dengan dunia nyata. Dengan mendapatkan informasi dengan cepat, media sosialisasi (online), mempererat persahabatan, membangun sebuah komunitas, hingga menambah penghasilan dan lain sebagainya. Dari situlah blog bisa menjadi sebuah candu bagi seseorang, hingga tak heran kalau ada seseorang yang rela menghabiskan sebagian besar waktunya di dunia maya.
Dengan fenomena seperti ini, sebenarnya kita bisa memanfaatkan blog dengan semaksimal mungkin tanpa menyalahgunakannya. Guru disekolah bisa menjadi mediator agar siswa/i dapat mengambil banyak manfaat dari Blog tersebut. guru punya inisiatif untuk menunjang materi pelajaran lewat blog, pasti akan sangat menyenangkan, dan saya rasa itu adalah cara yang efektif untuk meningkatkan minat belajar para siswanya. Ya, bisa juga kan, misalnya seorang guru memposting suatu permasalahan atau materi pelajaran yang disusun dalam suatu bahasa yang formal tetapi lebih santai. Para siswanya kemudian bisa blogwalking ke blog tersebut dan kegiatan belajar mengajar pun bisa menjadi lebih menyenangkan. misalnya seperti yang sudah berkembang di UNS, blog sudah merambat ke semua mahasiswa. contohny blog uns, blog guru fkip dll.
Materi pelajaran / kuliah yang diposting melalui media blog bisa menjadi sebuah konten hebat yang bermanfaat bagi kemajuan dunia pendidikan. Selain memperkenalkan teknologi internet di kalangan pelajar dan pengajar, juga bisa menjadi terobosan baru di dunia pendidikan. So, tunggu apa lagi, teknologi yang semakin canggih ini asal dimanfaatkan semaksimal mungkin, diharapkan dapat menghasilkan suatu perubahan besar, tidak hanya di bidang pendidikan, bahkan mencakup semua bidang.
Itulah kalau sesuatu yang sederhana bisa dimanfaatkan semakimal mungkin hasilnya akan baik. Keep Trying..
Capple Muffin
08.31 0 Comments
Bahan-bahan:
250gr tepung terigu
1 sendok teh Baking Powder
Seujung sendok teh garam
Seujung sendok teh bubuk kayumanis
235gr minyak sayur
100gr gula
4 telur
330gr wortel di parut
2 buah apel hijau di kupas & potong kotak2 kecil
Cara buat:
Panaskan oven (175C). Siapkan cetakan muffin - di alasin pake kertas buat muffin. Kocok minyak + telor + gula sampe tercampur rata. Campur terigu + garam + baking powder + bubuk kayu manis. Tuang kocokan minyak ke dalam campuran terigu. Aduk2 ringan. Terakhir masukan parutan wortel & potongan apel.
Panggang muffin sampai matang dan permukaan atas nya merekah.
Coolest Kopyor
08.25 0 Comments
Bahan:
1 bungkus agar-agar
4 gelas santan kental
gula 4 sdm
garam sedikit
vanili 1/2 sdt
sirup cocopandan
1 bongkah besar es batu
cara:
masak semua bahan sampai mendidih,
setelah mendidih, dinginkan sebentar,
lalu guyur pelan-pelan (pakai sendok sayur aja) ke atas es batu, biarkan menggumpal-gumpal, aduk-aduk dikit kalau terlalu menggumpal.
diamkan sampai benar-benar keras.
sajikan dengan sirup cocopandan dan es batu.
Lumpia Keju
08.08 0 Comments
Bahan:
10 lembar kulit lumpia siap pakai
50 g daun bayam yang lebar
Minyak goreng
Adonan Isi, aduk rata:
1/2 sdt garam
1/2 sdt merica bubuk
100 g cream cheese
2 sdm mayones botolan
3 sdm keju cheddar parut
Cara Membuat:
# Ambil selembar kulit lumpia, susun daun bayam hingga permukaannya hampir tertutup.
# Beri adonan Isi, ratakan.
# Gulung hingga padat dan rapi.
# Goreng dalam minyak panas dan banyak hingga kuning kecokelatan.
# Angkat dan tiriskan.
# Potong-potong melintang. Sajikan hangat.
R.A Kartini
06.59 0 Comments
hmm, agak menyimpang sedikit dari tema blog kami sebelumnya yang berbau cemilan, kali ini, berhubung masih dalam suasana Hari Kartini (udah lewat sii sebenernya tapi gak apa-apalah yaa, hhehe). Jadi kami ingin menyisipkan sedikit artikel mengenai perjuangan wanita hebat yang satu ini, untuk sekedar mengingatkan para pembaca semua dengan semua kerja keras R.A Kartini untuk wanita Indonesia.
LET'S CHECK IT OUT GUYS !!
“Hidup itu akan indah dan berbahagia apabila dalam kegelapan kita melihat cahaya terang”
sepotong kalimat yang diucapkan R.A Kartini semasa hidupnya ini mampu memberikan arti dan spirit tersendiri dalam perjuangan meraih persamaan dan kesetaraan gender atau disebut juga emansipasi.
Siapa yang tidak kenal dengan R.A Kartini. Wanita kelahiran 21 April 1879 (yang saat ini hari kelahirannya diperingati sebagai hari emansipasi wanita)ini merupakan perintis perubahan bagi kaum wanita. Ia lahir dari keluarga bangsawan yang berpikiran maju dan sosoknya yang cekatan, lincah, pintar, suka belajar dan haus akan ilmu pengetahuan. Saat usia 7 tahun, ia bersekolah di Sekolah Kelas Dua Belanda.
Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.
Kartini hanya bisa mencurahkan cita-cita perjuangannya dalam bentuk surat. Ia rajin menulis surat kepada temantemannya di Belanda. Isinya mengandung cita-cita yang luhur, terutama untuk mengangkat derajat wanita Indonesia. Setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.
Terbitnya surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa. Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia, antara lain W.R. Soepratman yang menciptakan lagu berjudul Ibu Kita Kartini.
PEMIKIRANNYA
Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini menulis ide dan cita-citanya, seperti tertulis: Zelf-ontwikkeling dan Zelf-onderricht, Zelf- vertrouwen dan Zelf-werkzaamheid dan juga Solidariteit. Semua itu atas dasar Religieusiteit, Wijsheid en Schoonheid (yaitu Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan), ditambah dengan Humanitarianisme (peri kemanusiaan) dan Nasionalisme (cinta tanah air).
Surat-surat Kartini juga berisi harapannya untuk memperoleh pertolongan dari luar. Pada perkenalan dengan Estelle "Stella" Zeehandelaar, Kartini mengungkap keinginan untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu.
Pandangan-pandangan kritis lain yang diungkapkan Kartini dalam surat-suratnya adalah kritik terhadap agamanya. Ia mempertanyakan mengapa kitab suci harus dilafalkan dan dihafalkan tanpa diwajibkan untuk dipahami. Ia mengungkapkan tentang pandangan bahwa dunia akan lebih damai jika tidak ada agama yang sering menjadi alasan manusia untuk berselisih, terpisah, dan saling menyakiti. "...Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu..." Kartini mempertanyakan tentang agama yang dijadikan pembenaran bagi kaum laki-laki untuk berpoligami. Bagi Kartini, lengkap sudah penderitaan perempuan Jawa yang dunianya hanya sebatas tembok rumah.
Surat-surat Kartini banyak mengungkap tentang kendala-kendala yang harus dihadapi ketika bercita-cita menjadi perempuan Jawa yang lebih maju. Meski memiliki seorang ayah yang tergolong maju karena telah menyekolahkan anak-anak perempuannya meski hanya sampai umur 12 tahun, tetap saja pintu untuk ke sana tertutup. Kartini sangat mencintai sang ayah, namun ternyata cinta kasih terhadap sang ayah tersebut juga pada akhirnya menjadi kendala besar dalam mewujudkan cita-cita. Sang ayah dalam surat juga diungkapkan begitu mengasihi Kartini. Ia disebutkan akhirnya mengizinkan Kartini untuk belajar menjadi guru di Betawi, meski sebelumnya tak mengizinkan Kartini untuk melanjutkan studi ke Belanda ataupun untuk masuk sekolah kedokteran di Betawi.
Keinginan Kartini untuk melanjutkan studi, terutama ke Eropa, memang terungkap dalam surat-suratnya. Beberapa sahabat penanya mendukung dan berupaya mewujudkan keinginan Kartini tersebut. Ketika akhirnya Kartini membatalkan keinginan yang hampir terwujud tersebut, terungkap adanya kekecewaan dari sahabat-sahabat penanya. Niat dan rencana untuk belajar ke Belanda tersebut akhirnya beralih ke Betawi saja setelah dinasihati oleh Nyonya Abendanon bahwa itulah yang terbaik bagi Kartini dan adiknya Rukmini.
Pada pertengahan tahun 1903 saat berusia sekitar 24 tahun, niat untuk melanjutkan studi menjadi guru di Betawi pun pupus. Dalam sebuah surat kepada Nyonya Abendanon, Kartini mengungkap tidak berniat lagi karena ia sudah akan menikah. "...Singkat dan pendek saja, bahwa saya tiada hendak mempergunakan kesempatan itu lagi, karena saya sudah akan kawin..." Padahal saat itu pihak departemen pengajaran Belanda sudah membuka pintu kesempatan bagi Kartini dan Rukmini untuk belajar di Betawi.
Saat menjelang pernikahannya, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Ia menjadi lebih toleran. Ia menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan bumiputra kala itu. Dalam surat-suratnya, Kartini menyebutkan bahwa sang suami tidak hanya mendukung keinginannya untuk mengembangkan ukiran Jepara dan sekolah bagi perempuan bumiputra saja, tetapi juga disebutkan agar Kartini dapat menulis sebuah buku.
Kartini wafat dalam usianya yang masih muda yaitu saat ia berumur 25 tahun, tepat empat hari setelah kelahiran anak pertama dan terakhirnya yaitu R.M. Soesalit.
Semoga kita semua, bisa menjadikan sosok Karini sebagai seorang yang patut kita teladani, karena seperti yang kita tau, perjuangan Kartini untuk kemajuan wanita Indonesia sangatlah besar. Dan sudah sepantasnya kita tetap meneruskan perjuangan dan cita-citanya. Untuk Wanita Indonesia yang lebih Baik..:)
Langganan:
Postingan (Atom)
Selasa, 27 April 2010
Manfaat Blog bagi Pendidikan
Pada beberapa tahun terakhir ini blog telah menjadi gaya hidup. Kegiatan blogging telah menjamur di mana-mana dari berbagai kalangan dan setiap elemen masyarakat. Entah itu hanya sebagai buku harian, ungkapan opini, ide, kreatifitas hingga untuk meraup penghasilan lebih dari berbagai macam bisnis dunia maya.
Dengan munculnya keragaman dalam dunia blog senidiri maka terciptalah sebuah dunia maya yang sangat kompleks dan saling melengkapi tak jauh bedanya dengan dunia nyata. Dengan mendapatkan informasi dengan cepat, media sosialisasi (online), mempererat persahabatan, membangun sebuah komunitas, hingga menambah penghasilan dan lain sebagainya. Dari situlah blog bisa menjadi sebuah candu bagi seseorang, hingga tak heran kalau ada seseorang yang rela menghabiskan sebagian besar waktunya di dunia maya.
Dengan fenomena seperti ini, sebenarnya kita bisa memanfaatkan blog dengan semaksimal mungkin tanpa menyalahgunakannya. Guru disekolah bisa menjadi mediator agar siswa/i dapat mengambil banyak manfaat dari Blog tersebut. guru punya inisiatif untuk menunjang materi pelajaran lewat blog, pasti akan sangat menyenangkan, dan saya rasa itu adalah cara yang efektif untuk meningkatkan minat belajar para siswanya. Ya, bisa juga kan, misalnya seorang guru memposting suatu permasalahan atau materi pelajaran yang disusun dalam suatu bahasa yang formal tetapi lebih santai. Para siswanya kemudian bisa blogwalking ke blog tersebut dan kegiatan belajar mengajar pun bisa menjadi lebih menyenangkan. misalnya seperti yang sudah berkembang di UNS, blog sudah merambat ke semua mahasiswa. contohny blog uns, blog guru fkip dll.
Materi pelajaran / kuliah yang diposting melalui media blog bisa menjadi sebuah konten hebat yang bermanfaat bagi kemajuan dunia pendidikan. Selain memperkenalkan teknologi internet di kalangan pelajar dan pengajar, juga bisa menjadi terobosan baru di dunia pendidikan. So, tunggu apa lagi, teknologi yang semakin canggih ini asal dimanfaatkan semaksimal mungkin, diharapkan dapat menghasilkan suatu perubahan besar, tidak hanya di bidang pendidikan, bahkan mencakup semua bidang.
Itulah kalau sesuatu yang sederhana bisa dimanfaatkan semakimal mungkin hasilnya akan baik. Keep Trying..
Capple Muffin
Bahan-bahan:
250gr tepung terigu
1 sendok teh Baking Powder
Seujung sendok teh garam
Seujung sendok teh bubuk kayumanis
235gr minyak sayur
100gr gula
4 telur
330gr wortel di parut
2 buah apel hijau di kupas & potong kotak2 kecil
Cara buat:
Panaskan oven (175C). Siapkan cetakan muffin - di alasin pake kertas buat muffin. Kocok minyak + telor + gula sampe tercampur rata. Campur terigu + garam + baking powder + bubuk kayu manis. Tuang kocokan minyak ke dalam campuran terigu. Aduk2 ringan. Terakhir masukan parutan wortel & potongan apel.
Panggang muffin sampai matang dan permukaan atas nya merekah.
Coolest Kopyor
Bahan:
1 bungkus agar-agar
4 gelas santan kental
gula 4 sdm
garam sedikit
vanili 1/2 sdt
sirup cocopandan
1 bongkah besar es batu
cara:
masak semua bahan sampai mendidih,
setelah mendidih, dinginkan sebentar,
lalu guyur pelan-pelan (pakai sendok sayur aja) ke atas es batu, biarkan menggumpal-gumpal, aduk-aduk dikit kalau terlalu menggumpal.
diamkan sampai benar-benar keras.
sajikan dengan sirup cocopandan dan es batu.
Lumpia Keju
Bahan:
10 lembar kulit lumpia siap pakai
50 g daun bayam yang lebar
Minyak goreng
Adonan Isi, aduk rata:
1/2 sdt garam
1/2 sdt merica bubuk
100 g cream cheese
2 sdm mayones botolan
3 sdm keju cheddar parut
Cara Membuat:
# Ambil selembar kulit lumpia, susun daun bayam hingga permukaannya hampir tertutup.
# Beri adonan Isi, ratakan.
# Gulung hingga padat dan rapi.
# Goreng dalam minyak panas dan banyak hingga kuning kecokelatan.
# Angkat dan tiriskan.
# Potong-potong melintang. Sajikan hangat.
R.A Kartini
hmm, agak menyimpang sedikit dari tema blog kami sebelumnya yang berbau cemilan, kali ini, berhubung masih dalam suasana Hari Kartini (udah lewat sii sebenernya tapi gak apa-apalah yaa, hhehe). Jadi kami ingin menyisipkan sedikit artikel mengenai perjuangan wanita hebat yang satu ini, untuk sekedar mengingatkan para pembaca semua dengan semua kerja keras R.A Kartini untuk wanita Indonesia.
LET'S CHECK IT OUT GUYS !!
“Hidup itu akan indah dan berbahagia apabila dalam kegelapan kita melihat cahaya terang”
sepotong kalimat yang diucapkan R.A Kartini semasa hidupnya ini mampu memberikan arti dan spirit tersendiri dalam perjuangan meraih persamaan dan kesetaraan gender atau disebut juga emansipasi.
Siapa yang tidak kenal dengan R.A Kartini. Wanita kelahiran 21 April 1879 (yang saat ini hari kelahirannya diperingati sebagai hari emansipasi wanita)ini merupakan perintis perubahan bagi kaum wanita. Ia lahir dari keluarga bangsawan yang berpikiran maju dan sosoknya yang cekatan, lincah, pintar, suka belajar dan haus akan ilmu pengetahuan. Saat usia 7 tahun, ia bersekolah di Sekolah Kelas Dua Belanda.
Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.
Kartini hanya bisa mencurahkan cita-cita perjuangannya dalam bentuk surat. Ia rajin menulis surat kepada temantemannya di Belanda. Isinya mengandung cita-cita yang luhur, terutama untuk mengangkat derajat wanita Indonesia. Setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.
Terbitnya surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa. Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia, antara lain W.R. Soepratman yang menciptakan lagu berjudul Ibu Kita Kartini.
PEMIKIRANNYA
Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini menulis ide dan cita-citanya, seperti tertulis: Zelf-ontwikkeling dan Zelf-onderricht, Zelf- vertrouwen dan Zelf-werkzaamheid dan juga Solidariteit. Semua itu atas dasar Religieusiteit, Wijsheid en Schoonheid (yaitu Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan), ditambah dengan Humanitarianisme (peri kemanusiaan) dan Nasionalisme (cinta tanah air).
Surat-surat Kartini juga berisi harapannya untuk memperoleh pertolongan dari luar. Pada perkenalan dengan Estelle "Stella" Zeehandelaar, Kartini mengungkap keinginan untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu.
Pandangan-pandangan kritis lain yang diungkapkan Kartini dalam surat-suratnya adalah kritik terhadap agamanya. Ia mempertanyakan mengapa kitab suci harus dilafalkan dan dihafalkan tanpa diwajibkan untuk dipahami. Ia mengungkapkan tentang pandangan bahwa dunia akan lebih damai jika tidak ada agama yang sering menjadi alasan manusia untuk berselisih, terpisah, dan saling menyakiti. "...Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu..." Kartini mempertanyakan tentang agama yang dijadikan pembenaran bagi kaum laki-laki untuk berpoligami. Bagi Kartini, lengkap sudah penderitaan perempuan Jawa yang dunianya hanya sebatas tembok rumah.
Surat-surat Kartini banyak mengungkap tentang kendala-kendala yang harus dihadapi ketika bercita-cita menjadi perempuan Jawa yang lebih maju. Meski memiliki seorang ayah yang tergolong maju karena telah menyekolahkan anak-anak perempuannya meski hanya sampai umur 12 tahun, tetap saja pintu untuk ke sana tertutup. Kartini sangat mencintai sang ayah, namun ternyata cinta kasih terhadap sang ayah tersebut juga pada akhirnya menjadi kendala besar dalam mewujudkan cita-cita. Sang ayah dalam surat juga diungkapkan begitu mengasihi Kartini. Ia disebutkan akhirnya mengizinkan Kartini untuk belajar menjadi guru di Betawi, meski sebelumnya tak mengizinkan Kartini untuk melanjutkan studi ke Belanda ataupun untuk masuk sekolah kedokteran di Betawi.
Keinginan Kartini untuk melanjutkan studi, terutama ke Eropa, memang terungkap dalam surat-suratnya. Beberapa sahabat penanya mendukung dan berupaya mewujudkan keinginan Kartini tersebut. Ketika akhirnya Kartini membatalkan keinginan yang hampir terwujud tersebut, terungkap adanya kekecewaan dari sahabat-sahabat penanya. Niat dan rencana untuk belajar ke Belanda tersebut akhirnya beralih ke Betawi saja setelah dinasihati oleh Nyonya Abendanon bahwa itulah yang terbaik bagi Kartini dan adiknya Rukmini.
Pada pertengahan tahun 1903 saat berusia sekitar 24 tahun, niat untuk melanjutkan studi menjadi guru di Betawi pun pupus. Dalam sebuah surat kepada Nyonya Abendanon, Kartini mengungkap tidak berniat lagi karena ia sudah akan menikah. "...Singkat dan pendek saja, bahwa saya tiada hendak mempergunakan kesempatan itu lagi, karena saya sudah akan kawin..." Padahal saat itu pihak departemen pengajaran Belanda sudah membuka pintu kesempatan bagi Kartini dan Rukmini untuk belajar di Betawi.
Saat menjelang pernikahannya, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Ia menjadi lebih toleran. Ia menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan bumiputra kala itu. Dalam surat-suratnya, Kartini menyebutkan bahwa sang suami tidak hanya mendukung keinginannya untuk mengembangkan ukiran Jepara dan sekolah bagi perempuan bumiputra saja, tetapi juga disebutkan agar Kartini dapat menulis sebuah buku.
Kartini wafat dalam usianya yang masih muda yaitu saat ia berumur 25 tahun, tepat empat hari setelah kelahiran anak pertama dan terakhirnya yaitu R.M. Soesalit.
Semoga kita semua, bisa menjadikan sosok Karini sebagai seorang yang patut kita teladani, karena seperti yang kita tau, perjuangan Kartini untuk kemajuan wanita Indonesia sangatlah besar. Dan sudah sepantasnya kita tetap meneruskan perjuangan dan cita-citanya. Untuk Wanita Indonesia yang lebih Baik..:)
Langganan:
Postingan (Atom)